DOKUMENTASI SENJATA KERUSUHAN SAMPIT
DOKUMENTASI SENJATA EKS KERUSUHAN SAMPIT
Kejadian kerusuhan sampit pada bulan Februari tahun 2001 tentu masih sangat diingat oleh semua masyarakat Indonesia bahkan dunia. Bagaiman tidak, karena pada saat terjadi kerusuhan ini yang dimulai di Kota Sampit dan kemudian menyebar di hampir seluruk daerah Kalimantan Tengah menyebabkan begitu banyak korban jiwa dan bahkan lebih dari 100.000 jiwa imgran Madura kehilangan tempat tinggalnya. Budaya KAYAU – memotong kepala yang sudah lama ditinggalkan Suku Dayak selama lebih dari ratusan tahun kemudian kembali lagi. Kerusuhan ini dilakukan demi mempertahankan diri sebab memang padi hari 1 hingga ke 2 Kota Sampit dikuasai oleh para imigran dan banyak Suku Dayak yang disampit harus mengungsi keluar, dan pada saat itu banyak palang kota Sampit yang dicoret dan diganti menjadi kata Sampang ke-2.
Konflik ini sudah lewat lebih dari 10 tahun, dan saat ini sudah tercipta suatu perdamaian antara Suku Daya dan Madura, terbukti dengan mulai kembalinya orang-orang Madura ke Kalimantan Tengah. Ada suatu perjanjian damai harus dijunjung tinggi seperti falsafah orang Dayak “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung“. Kali ini saya akan membagikan beberapa dokumentasi senjata eks kerusuhan Sampit, bukan untuk mengungkit luka lama, tetapi sebagai pembelajaran bagi kita semua, perlu diingat juga banyak warga Dayak juga yang membantu untuk mengungsikan tetangga-tetangganya yang Suku Madura yang tidak tahu menahu akan konflik ini untuk pergi ke Banjarmasin atau kembali ke Madura sampai situasi aman.
Ketika konflik Sampit terjadi para PASUS (Pasukan Khusus) – Pasukan Dayak, mereka tidak menggunakan senjata-senjata modern tetapi menggunakan senjata dan azimat khas Dayak yaitu berupa : Mandau, Lunju (tombak), Ponyang / Jimat 9kalau ingin tahu lebih banyak tentang Ponyang / Penyang silahkan klick), Basal. Ketika konflik ini terjadi banyak hal yang diluar akal yang terjadi – pembaca bisa percaya atau tidak – Sebelum berperang orang-orang Dayak Ngaju akan melakukan ritual yang disebutManajah Antang, yaitu memanggil para Patahu (roh-roh sakti, roh nenek moyang) yang akan datang dalam wujud ANTANG atau burung elang. Benar saja ketika itu penulis masih kelas 1 SMU, aku masih sangat ingat ketika pecah di Palangkaraya saat itu begitu banyak burung elang yang seliwerang terbang kesana kemari. Ketika PASUS masuk ke komplek perumahan kami, aku melihat 3 burung elang yang terbang memutar tepat diatas rumah kami saat itu mulai terlihat rumah-rumah orang yang terbakar, namun anehnya hanya rumah orang Maduralah yang terbakar, walaupun rumah itu berdempetan dengan rumah orang lain dan terbuat dari kayu. Bahkan keanehan lain yang sampai sekarang melegenda adalah MANDAU BEREMOT atau kadang disebut MANDAU TERBANG.
Berikut ini beberapa dokumentasi senjataan hasil sitaan polisi yang disimpan di Museum Balanga Palangkaraya. Perlu diingat tidak sembarangan orang bisa masuk ke tempat penyimpanan senjata ini, bahkan penulispun ketika hendak melihat artifact ini tidak mendapat ijin. Sebab karena senjata-senjata ini masih ada bekas-bekas darahnya sehingga membuat suasananya menjadi sangat mengerikan. Bahkan penjaga museum yang sempat saya temui, tidak berani masuk keruangan itu sebab jika tidak kuat bisa kerasukan atau bahkan mengalami sakit. Tukul dan teamnya pernah melakukan syuting ditempat ini dalam acara Mr. Tukul jalan-jalan, bahkan dukun yang dibawa Tukul ketika itupun tidak kuat masuk ketempat ini.
Foto berikut ini diambil saat setelah acara memandikan senjata-senjata ini ( mendinginkannya) dikarenakan setiap malam ruangan ini sering terdengar suara gaduh dan penampakan. Foto-foto ini diambil oleh salah satu anggot FoD Afriyandie Ldc yang juga ketua Komunitas LEWU DAYAK.
0 komentar:
Posting Komentar