Selasa, 07 Oktober 2014

Kisah Masjid Banua Lawas

Kisah Masjid Banua Lawas

MESJID PUSAKA BANUA LAWAS 
Mesjid Pusaka Banua Lawas
Mesjid Pusaka Banua Lawas terletak di Kecamatan Banua Lawas, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, INDONESIA
Masjid Pusaka Banua Lawas didirikan oleh Khatib Dayan bersama-sama dengan Datu Kartamina, Datu Sari Negara, Datu Sri Panji, Datu Rangganan dan datu lainnya yang telah memeluk agama Islam pada tahun 1625 M bersamaan dengan pendirian Masjid Pusaka Puain pada tahun itu juga dan pada saat itu Kerajaan Banjar diperintah oleh Sultan Inayatullah. Dilihat dari namanya, kemungkinan Datu Sari Nagara dan Datu Sri Panji sebelumnya memeluk agama Hindu. Menurut informasi, Masjid Pusaka Banua Lawas dipugar pada tahun 1669, 1769, 1791,1848,1932, dan terakhir tahun 1999 dan 2003 oleh Direktorat Linbinjarah.
Dibelakang masjid terdapat tumpukan batu bata yang berada di sela-sela makam kuno yang hingga kini belum diketahui apakah merupakan bekas jirat sebuah makam ataukah bekas rerun­tuhan bangunan pemujaan di masa lampau.
Di masjid tertua di Kabupaten Tabalong yang "dikeramatkan" itu, selain menjadi tempat ibadah, juga menjadi tonggak atau bukti sejarah diterimanya Islam bagi suku Dayak di Tabalong. Di teras depan Masjid Pusaka, ada dua tajau (guci tempat penampungan air yang dulunya digunakan suku Dayak untuk memandikan anak yang baru lahir). Kendati diterpa atau disengat matahari, namun dua tajau yang usianya mencapai 400 tahun itu tak berubah warnanya. Masjid ini ramai dikunjungi atau diziarahi umat Islam, termasuk dari Kaltim. Di Masjid Pusaka ini, masih tersimpan beduk asli dan petaka sepanjang 110 cm
Halaman Depan Mesjid Pusaka
Di samping masjid terdapat pekuburan warga setempat sejak dahulu dan salah satu yang mencolok adalah bangunan (kubah) yang merupakan makam pejuang Banjar (Kelua) bernama Penghulu Rasyid.
Dahulu di daerah Banua Lawas ini sudah tinggal dan bermukim para suku dayak / suku manyan, dan disitu sudah berdiri semacam pesanggra­han atau tempat pemujaan keper­cayaan Kaharingan suku Maanyan dalam bentuk yang sederhana. Tempat pemujaan itu diang­gap sakral, dan man­faatnya terasa sangat penting bagi orang-orang Maanyan yang pada masa itu banyak bermukim di Banua Lawas.
Mereka kemudian menyebut daerah lokasi bangunan pemujaan tersebut sebagai Banua Lawas atau Banua Usang. Suatu kemungkinan menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat, kemunculan, dan berkembangnya daerah-daerah lain di sekitarnya berawal dari Banua Lawas ini.
Makam penghulu Rasyid disamping Mesjid
Kemungkinan peristiwa besar ter­jadi yang memaksa mereka harus meninggalkan kampung halaman dan bermukim atau membangun pemukiman baru, dan akhirnya mereka menyebut kampung yang ditinggalkan tersebut sebagai Banua Lawas.
Kabar lisan yang berkembang di Banua Lawas menyebutkan bahwa sebagian orang-orang Maanyan menyingkir karena mereka tidak bersedia menerima Islam sebagai agama mereka. Tetapi kemungkinan lainnya adalah berkaitan dengan para imigran pelarian dari Jawa yang datang aki­bat kerusuhan politik di daerah asalnya dan mendirikan kerajaan baru di pulau Hujung Tanah berna­ma Negara Dipa.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com