Kamis, 23 Oktober 2014

Meriam Karbit Suatu Tradisi Unik Kota Pontianak

Meriam Karbit Suatu Tradisi Unik Kota Pontianak

Meriam Karbit
Tradisi Malam Lebaran di Kota Pontianak
Seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang Hari Raya Idul Fitri sebagian warga Kota Pontianak kerap memadati tepian Sungai Kapuas. Maksud kedatangan mereka tidak lain adalah untuk menyaksikan permainan rakyat meriam karbit. Seperti apa permainan meriam karbit itu?
Dilihat dari aspek sejarah, Permainan meriam karbit memiliki pertalian erat dengan sejarah berdirinya kota Pontianak. Saat itu, Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri, pendiri Kota Pontianak, yang juga sultan pertama Kesultanan Pontianak, menembakkan meriam ke arah daratan. Tujuannya adalah untuk mengusir hantu kuntilanak yang konon saat itu banyak bergentayangan di daratan.
Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu, warga masyarakat Kota Pontianak, khususnya yang tinggal di tepian Sungai Kapuas membuat meriam-meriaman berbahan batang kayu gelondongan besar. Meriam dari kayu itu kemudian di beri karbit (CaC2)dan di sundut dengan nyala api di salah satu sudutnya. Tradisi unik ini bisa di jumpai mulai pekan ke dua bulan Ramadhan.
Meriam karbit wujudya bukan seperti meriam dari besi. Meriam ini terbuat dari kayu besar yang berdiameter kurang lebih 50 cm – 100 cm, dengan panjang antara 4 – 7 meter. Pada salah satu bagiannya, tepatnya di tengah meriam, di beri lubang. Cara mainnya mudah. Sebelum di sulut, meriam terlebih dahulu diisi dengan air dengan jumlah tertentu. Kemudian, didalamnya dimasukkan karbit.
Karbit yang bereaksi dengan air akan menghasilkan gas yang jika disulut dengan api akan mengakibatkan ledakan. Untuk satu kali permainan paling tidak dibutuhkan sekitar 3-5 ons karbit. Suara ledakan yang di hasilkannya mampu menggoyangkan bangunan di sekitarnya. Pada beberapa kasus, pernah terjadi pecah pada rumah. Kondisi ini terjadi jika jarak antara meriam dengan rumah terlalu dekat.
Secara teoritis, ledakan yang di timbulkan meriam karbit di karenakan adanya konsentrasi gas di tempat yang sempit. Gas yang di hasilkan karbit memiliki sifat mudah terbakar. Akumulasi gas dalam jumlah besar dapat di peroleh dalam waktu relative singkat melalui pencampuran air dengan karbit. “Karbit memiliki rumus kimia CaC2.
CO2 yang terkandung dalam karbit dapat terlepas jika karbit terkena air. Jika gas CO2 berkumpul dan terakumulasi dalam ruang sempit (dalam meriam), maka gas akan mudah terbakar jika terkena api,” jelas Dekan Fakultas MIPA, DR. Thamrin Usman, DEA.
Efek ledakan akan semakin dasyat jika jumlah karbit dan air mengunakan perbandingan 2:1. Secara hitungan sederhana, untuk menghasilkan gas CO2 yang besar, 0,8 ons karbit harus di campur dengan 35cc air. Selain menggunakan karbit, ledakan juga bisa di timbulkan melalui pemanpatan gas LPG (Liquefied Petroleum Gas). Cara kerjanya sederhana, yakni gas LPG di mampatkan dalam ruang sempit. Setelah padat, gas LPG kemudian di sulut dengan api. Hasilnya, sebuah ledakan besar pun akan terjadi.
Seperti apa meriam karbit tempo dulu? Wujud meriam karbit dari tahun ketahun menurut Anwar, warga Kampung Bansir, terus mengalami evolusi.
Dulu, meriam karbit dibuat dari bahan batang kelapa atau batang pohon pinang. Seiring dengan berlakunya masa keemasan industri kayu, batang kelapa serta batang pohon pinang pun diganti dengan kayu gelondongan. Bunyi yang di hasilkan pun di jamin memekakkan gendang telinga.
Untuk memperoleh kayu yang berkualitas, kata Anwar, kayu hendaknya di rendam di dalam lumpur yang ada di dasar Sungai Kapuas. Tujuannya adalah membunuh serangga yang memakan kayu. Setelah sekian tahun di penamkan di dalam lumpur, kayu kemudian di naikkan ke atas panggung nibung. “Proses penaikkan kayu ini terbilang sulit. Untuk meringankan kerja, biasanya kayu di naikkan saat air sedang pasang,” terangnya.
Jika telah di rangkai sedemikian rupa, suara dentuman dari meriam karbit berbahan kayu ini sangatlah keras. Gelegar suaranya terdengar sampai dengan 4-5 kilometer dari panggung. Tak jarang suaranya menimbulkan gema yang berulang.
Bagi warga yang gemar akan tantangan, mereka dapat meraakan sensasi yang luar biasa saat menyulut meriam karnit. Dentuman suaranya yang menggemuruh mampu mengguncangkan gertak dan panggung kayu nibung yang dibangun di tepian Sungai Kapuas. Aksi ini jelas memacu kerja jantung.
Pesona permainan rakyat meriam karbit ini jelas memiliki nilai pesona budaya yang menarik. Menurut H Martias, Ketua MPI (Masyarakat Pariwisata Indonesia) Kalbar, tidak sedikit wisatawan nusantara dan mancanegara yang terpesona dengan permainan meriam karbit di kota Pontianak.
Bagi para wisatawan, permainan seperti itu jelas merupakan sesuatu yang langka. Besar kemungkinan, atraksi meriam karbit hanya ada di Kota Pontianak, Kalbar. “Kami dari MPI sangat berharap jika permainan rakyat meriam karbit ini dapat di gelar setiap tahun. Tentunya jauh hari sebelumnya diikuti dengan promo wisata,” sarannya.** 
sumber alqadrie

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com