Rabu, 16 April 2014

MENYIMAK FEKTIF

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Menyimak Efektif”. Makalah ini berisikan tentang Pengertian Menyimak, tahapan-tahapan menyimak dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak dan sebagai nya tentang menyimak yang akan kami bahas secara lebih dalam, karena selain kita perlu memahami dan mengerti apa itu keterampilan menyimak, kita juga perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menyimak itu sendiri. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga dari makalah ini, kita dapat menambah pengetahuan mengenai Faktor-faktoryang mempengaruhi Menyimak. Banjarbaru, 10 Oktober 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 I PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang Masalah 3 B. Rumusan Masalah 3 C. Tujuan 4 D. Sestematika Penulisan 4 II PEMBAHASAN 5 A. Pengertian Menyimak 5 B. Tahapan-Tahapan dalam Menyimak 6 C. Tujuan Menyimak 9 D. Jenis-Jenis Menyimak 13 E. Faktor yang Memengaruhi Menyimak 14 F. Kebiasaan Jelek dalam Menyimak 19 G. Mengapa Orang Tidak Menyimak ? 22 H. Perilaku Jelek Dalam Menyimak 23 I. Kesalah pahaman dalam Menyimak 24 J. Aneka Permasalahan Menyimak 25 K. Kendala Yang Menghambat Proses Menyimak Efektif 26 L. Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak Efektif 28 M. Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak 28 N. Ciri-Ciri Penyimak Efektif yang Ideal 29 O. Kegiatan Menyimak 31 III PENUTUP 35 A. Kesimpulan 35 B. SARAN 35 DAFTAR PUSTAKA 36 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak adalah proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh informasi menangkap isi atau pesan dan memahami makna komunikasi pembicara melalui ujaran lisan. Keterampilan menyimak tidak bias dilepaskan begitu saja dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya oleh karena itu selain kita perlu mengerti dan memahami apa itu keterampilan menyimak, kita juga harus tahu faktor-faktor yang mempengaruhinya dan kita juga harus mengetahui tahapan tahapan menyimak. Banyak faktor yang memepengaruhi menyimak, diantaranya kebiasaan-kebiasaan jelek dalam kegiatan menyimak, mengapa orang tidak menyimak, kebiasaan umum menyimak yang baik perilaku menyimak yang jelek, salah paham dan aneka masalah dalam menyimak, tujuan menyimak, tahapan-tahapan dalam menyimak, jenis-jenis menyimak oleh karena itu di dalam makalah ini akan kami bahas secara lebih dalam dan terperinci satu persatu faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak tersebut, sehingga dari makalah ini kita dapat menambah pengetahuan kita mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai barikut : 1. Apa Pengertian Menyimak ? 2. Apa Tahapan-Tahapan dalam Menyimak ? 3. Apa Tujuan Menyimak ? 4. Apa Jenis-Jenis Menyimak ? 5. Apa Faktor yang Memengaruhi Menyimak,? 6. Apa Kebiasaan Jelek dalam Menyimak ? 7. Mengapa Orang Tidak Menyimak, ? 8. Apa Perilaku Jelek Dalam Menyimak, ? 9. Apa Kesalahpahaman dalam Menyimak ?, 10. Apa Permasalahan Menyimak, ? 11. Apa Kendala Yang Menghambat Proses Menyimak Efektif,? 12. Apa Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak Efektif, ? 13. Apa Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak,? 14. Apa Ciri-Ciri Penyimak Efektif yang Ideal, ? 15. Apa Kegiatan Menyimak ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Pengertian Menyimak 2. Untuk mengetahui Tahapan-Tahapan dalam Menyimak 3. Untuk mengetahui Tujuan Menyimak 4. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Menyimak 5. Untuk mengetahui Faktor saja yang Memengaruhi Menyimak, 6. Untuk mengetahui Kebiasaan Jelek dalam Menyimak 7. Untuk mengetahui Mengapa Orang Tidak Menyimak, 8. Untuk mengetahui Perilaku Jelek Dalam Menyimak, 9. Untuk mengetahui Kesalahpahaman dalam Menyimak 10. Untuk mengetahui Permasalahan Menyimak, 11. Untuk mengetahui Kendala Yang Menghambat Proses Menyimak Efektif, 12. Untuk mengetahui Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak Efektif, 13. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak, 14. Untuk mengetahui Ciri-Ciri Penyimak Efektif yang Ideal, 15. Untuk mengetahui Kegiatan Menyimak D. Sestematika Penulisan Sestematika makalah ini berawal dari I Pendahuluan yang berisi ,Latar Belakang Masalah ,Rumusan Masalah, Tujuan ,Sestematika Penulisan, dilanjutkan dengan II Pembahasan yang berisi Pengertian Menyimak, Tahapan-Tahapan dalam Menyimak, Tujuan Menyimak, Jenis-Jenis Menyimak, Faktor yang Memengaruhi Menyimak, Kebiasaan Jelek dalam Menyimak , Mengapa Orang Tidak Menyimak, Perilaku Jelek Dalam Menyimak, Kesalahpahaman, Aneka Permasalahan Menyimak, Kendala Yang Menghambat Proses Menyimak Efektif, Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak Efektif, Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak, Ciri-Ciri Penyimak Efektif yang Ideal, Kegiatan Menyimak dan pada bagian III Penutup berisi kesimpulan dan saran. II PEMBAHASAN A. Pengertian Menyimak Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dan sastra Indonesia, Pengertian menyimak menurut ahli a. Drs. Natasasmita Hanapi. 1995: 18) Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (Djago Tarigan; 1991: 4). b. Tarigan ( 1994 : 27 ) Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsure pemahaman karena itu belum menjadi tujuan. Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsure kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsure utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian. c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Sutari,1997:16), Mendengar mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat pendengaran kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendengar suara itu, tanpa unsur kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. B. Tahapan-Tahapan dalam Menyimak Selain tahapan-tahapan menyimak menurut srickland dan Anderson, terdapat juga pakar lain yang mengemukakan pendapatnya tentang tahapan-tahapan dalam menyimak, yaitu Hunt. Menurut Hunt, ada 7 tahapan dalam menyimak yaitu : 1. Isolasi 2. Identifikasi 3. Integrasi 4. Inspeksi 5. Interpretasi 6. Interpolasi 7. Intropeksi Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut : 1. Isolasi (pemisahan/memisahkan) Isolasi(memisahkan) yang dimaksud dalam tahapan ini ialah sang penyimak harus bisa mencatat aspek-aspek kata lisan yang disimak dan mampu memisahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus yang dilontarkan oleh pembicara itu sendiri. Pada tahapan ini juga sang penyimak harus bisa menyikapi hal-hal yang dianggap menggaggu agar mencapai proses penyimakan yang baik dan benar. Dalam tahap inilah, sang penyimak mampu mengisolasikan hal-hal atau sesuatu yang disimak. Hal itu dilakukan agar bisa mengambil dan mengutip hasil yang baik dan benar didalam proses menyimak.. Contoh : Ketika seseorang menyimak sebuah berita disebuah station televisi, sang penyimak mencatat hal-hal yang dianggap penting dan membedakan setiap bunyi atau suara yang dilontarkan oleh pembicara itu sendiri. 2. Identifikasi (menentukan atau menetapkan) Dalam tahapan menyimak ini. Seseorang mampu mendata, mencatat apa yang sedang dibicarakan tentang hal-hal yang dianggap penting dan bermanfaat bagi kita. Dalam hal ini apabila stimulus tertentu sudah dapat dikenal atau kita ketahui maka suatu makna atau identitas pun bisa kita tetapkan atau diberikan kepada setiap butir-butir atau hal-hal yang berdikari atau berdiri sendiri itu. 3. Integrasi (Penyatuan/menyatukan) Pada tahapan ini, kita harus bisa menyesuaikan atau menyatupadukan sesuatu yang kita dapatkan sekarang dengan informasi lain yang telah miliki yang telah tersimpan dan terekam dalam memori atau otak kita sebelumnya. Hal ini dilakukan agar kita bisa mendapatkan hasil penyimakan yang lebih baik dan akurat. Hal ini bermaksud, agar mampu menyesuaikan atau membandingkan hasil penyimakan dengan informasi yang telah kita ketahui sebelumnya. Contoh : ketika kita menyimak sebuah pidato/pengumuman, kita biasanya akan melakukan penyimakan dengan baik. Akan tetapi pengumuman tersebut masih membutuhkan penjelasan dan gambaran yang lebih jelas lagi. Nah disitu kita akan mampu menyatukan/membandingkan antara informasi yang didapat pada yang pertama dengan informasi yang didapat kemudian(yang dihadapi). 4. Inspeksi Pada tahap ini, ketika kita mendapat informasi-informasi baru yang kita terima atau yang kita dapatkan, kita bisa membandingkan atau memeriksa kembali dengan informasi yang telah kita miliki sebelumnya yang berkaitan dengan hal tersebut. Hal ini kita lakukan agar supaya kita bisa mengetahui mana yang bisa kita gunakan dan mana yang tidak layak untuk kita lakukan. Dalam tahapan ini sebenarnya memiliki sedikit kesamaan dengan tahapan integrasi, hanya saja dalam tahapan ini kita dituntun untuk mampu memeriksa dan menilai kembali informasi yang kita dapatkan dengan pengetahuan kita sendiri. Contoh : ketika orang tua/orang lain memberikan pengertian(motivasi) kepada kita, kita kadang tidak sepenuhnya langsung melakukannya, kita harus bisa membandingkan dan memikirkan(menilai) apakah mampu kita lakukan atau pantas(baik) untuk kita terapkan. 5. Interpretasi Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua informasi itu. Dalam kegiatan penyimakan ini juga kita bisa memberikan kesan atau pendapat kita agar dalam proses evaluasi bisa terlaksana dengan baik, tidak dengan secara setengah-setengah. Dalam tahapan ini bermaksud, bahwa ketika kita dalam proses kegiatan penyimakan, kita boleh meluangkan segala pendapat atau opini kita, namun tidak menegahi atau membantah ketika orang sedang berbicara. Hal ini dilakukan agar supaya didalam proses perbandingan atau pengevaluasian bisa mendaptkan hasil yang maksimal dan baik. Dalam arti tidak secara bertahap atau setengah-setengah. 6. Interpolasi Pada tahapan ini, selama proses penyimakan kita tidak ada pesan yang membawa makna dalam atau berguna dan memberi informasi yang bermanfat bagi kita, maka tanggung jawab kita sendiri untuk menyediakan serta memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri untuk mengisi serta memenuhi butir-butir pesan yang kita dengar. Dalam tahapan ini bermaksud, bahwa ketika informasi yang didapatkan atau yang disimak tidak berguna atau tidak lengkap menurut kita, maka untuk menyempurnakannya, kita harus menyediakan serta memberikan informasi atau ide-ide penunjang yang berkaitan dengan hal-hal yang kita simak, agar informasi yang kita anggap tidak lengkap tadi bisa terlengkapi dan terisi dengan baik dan secara sempurna. Contoh : kita melakukan penyimakan melalui Televisi atau radio, akan tetapi informasi yang disampaikan tidak mampu kita pahami dan dicerna, akan tetapi informasi tersebut mampu kita nilai atau telusuri dengan pemahaman atau pengalaman yang telah ada dalam otak kita sebelunya. Jadi, ketika ada orang lain yang menanyaka tentang informasi tersebut, kita tidak kebingungan lagi menyampaikannya. 7. Intropeksi Setelah kita melakukan proses penyimakan, kita bisa menilai serta menguji informasi-informasi yang baru kita dapatkan, dengan pengalaman atau pengetahuan yang kita miliki, agar kita bisa menerapkan dan melakukannya pada keadaaan maupun situasi kita sendiri. Baik di lingkungan sosial maupun di lingkungan keluarga terdekat kita. Jika kita amati uraian di atas, sebenarnya sama-sama memiliki keterkaitan dan ketergantungan. Supaya kita mendapatan hasil yang maksimal dan baik serta berguna untuk kita, maka setidaknya kita harus mampu melewati beberapa tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh “HUNT” tersebut. Walaupun hal itu kita melakukannya tidak secara menyeluruh dan sekaligus. Dengan adanya ke-7 tahapan tersebut di harapkan juga agar kita bisa melakukan proses penyimakan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal. Dimana, sebagian besar orang mengatakan bahwa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih baik dan banyak ialah dengan melalui proses penyimakan. Apabila kita mampu melaksanakan dan menerapkan ke-7 tahapan menyimak diatas, pasti kita akan mendapatkan informasi-informasi dengan baik, tepat, serta akurat. C. Tujuan Menyimak 1. Tujuan Menyimak Secara umum Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami, atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan. Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan : i. mendapatkan fakta ii. menganalisis fakta iii. mengevaluasi fakta iv. mendapatkan inspirasi v. menghibur diri vi. meningkatkan kemampuan berbicara a. Mendapatkan Fakta Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Para peneliti mengumpulkan atau mendapatkan fakta melalui kegiatan penelitian, riset atau eksperimen. Pengumpulan fakta seperti cara ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang terpelajar. Bagi rakyat biasa hal itu jarang atau hampir-hampir tidak dapat dilakukan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam pengumpulan fakta ialah melalui membaca. Orang-orang terpelajar sering mendapatkan fakta melakui kegiatan membaca seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan, laporan penelitian, makalah hasil seminar,majalah ilmiah, dan populer, surat kabar, dsb. Hal yang seperti ini pun jarang dilakukan oleh rakyat biasa. Dalam masyarakat tradisional pengumpulan fakta melalui menyimak tersebut banyak sekali digunakan. Dalam masyarakat modern pun pengumpulan fakta melalui menyimak itu masih banyak digunakan. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan mahasiswa banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau mengadakan eksperimen. b. Menganalisis Fakta Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses menyimak berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak dapar menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu benar. c. Mengevaluasi Fakta Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan seperti antara lain : • Benarkah fakta yang diajukan? • Relevankah fakta yang diajukan? • Akuratkah fakta yang disampaikan? Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan, pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima. Sebaliknya bila fakta yang disampaikan kurang akurat atau kurang relevan, atau kurang meyakinkan kebenarannya maka penyimak pantas meragukan fakta tersebut. Hasil pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh kepada kredibilitas isi pembicaraan dan pembicaranya. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak akan mengambil simpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak. d. Mendapatkan Inspirasi Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb. e. Menghibur Diri Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini adalah orang-orang yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih. Karena itulah mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri. Sasaran yang mereka pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-cerita lucu, banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak seperti yang dibawakan Grup Srimulat. f. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi: (1) cara mengorganisasikan bahan pembicaraan (2) cara penyampaian bahan pembicaraan (3) cara memikat perhatian pendengar (4) cara mengarahkan perhatian pendengar (5) cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb. (6) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikkan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara. Cara menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh mereka yang baru belajar menjadi orator dan mereka yang mau menjadi profesional dalam membawa acara atau master ceremony. 2. Tujuan Menyimak Menurut ahli a. Menurut Tidyman & butterfield membedakan menyimak menjadi: a. Menyimak sederhana b. Menyimak diskriminatif c. Menyimak santai d. Menyimak informative e. Menyimak literature f. Menyimak kritis Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan: 1. Kegiatan menyimak bertarap rendah 2. Kegiatan menyimak bertaraf tinggi b. Menurut Gary T. Hunt Menyatakan bahwa tujuan menyimak sebagai berikut: a. Untuk memperoleh informasi yang bersangkut paut dengan pekerjaan atau profesi; b. Agar menjadi lebih efektif dalam hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan di dalam kehidupan bermasyarakat; c. Untuk mengumpulkan data agar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal; d. Agar dapat memberikan respons yang tepat terhadap segala sesuatu yang didengar. c. Menurut Lilian M. Logan Menyatakan bahwa tujuan menyimak sebagai berikut: a. Untuk dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara, dengan kata lain menyimak untuk belajar; b. Untuk menikmati terhadap sesuatu materi ujaran, terutama pada bidang seni, dengan perkataan lain menyimak untuk menikmati keindahan audial; c. Untuk menilai bahan simakan ( baik-buruk, indah-jelek, tepat, asal-asalan, logis-tak logis, dan sebagainya; d. Untuk dapat menikmati dan menghargai bahan simakan ( penyimak cerita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi, dan sebagainya ), dengan perkataan lain menyimak untuk evaluasi; e. Untuk dapat mengkomunikasikan gagasan-gagasan, ide-ide, perasaan-perasaan kepada orang lain dengan lancar dn tepat. Dengan kata lain, menyimak sebagai penunjang dalam mengkomunikasikan idea tau gagasan sendiri; f. Untuk dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, bunyi yang distingtif ( membedakan arti ) dan bunyi mana yang tidak distingtif. Ini biasanya diperoleh dari native speaker ( pembicara asli ); g. Untuk dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analitis dengan masukan dari bahan simakan; h. Untuk dapat meyakinakan diri sendiri terhadap suatu masalah atau pendapat yang diragukan, dengan perkataan lain menyimak persuasif. d. Menurut Djago Tarigan Menyebutkan tujuan menyimak sebagai berikut : a. Untuk mendapatkan fakta dengan cara mendengarkan radio, tv, menyampaikan makalah, percakapan, dan sebagainya; b. untuk menganalisis fakta yang berlangsung secara konsisten dari saat ke saat selama proses menyimak berlangsung; c. Untuk mengevaluasi fakta yang disampaikan oleh pembicara d. Untuk mendapatkan inspirai dari pembicara orang lain; e. Untuk menghibur diri f. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara D. Jenis-Jenis Menyimak Pengklarifikasian menyimak berdasarkan: 1) Sumber suara 2) Cara penyimak bahan yang disimak 3) Tujuan menyimak 4) Taraf aktivitas penyimak. Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi 2. Interpersonal listening atau penyimak antar pribadi Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai berikut: 1. Menyimak ekstensif (extensive listening) Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja. Menyimak ekstensif meliputi a) Menyimak social b) Menyimak sekunder c) Menyimak estetik 2. Menyimak Intensif Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Menyimak intensif meliputi: a) Menyimak kritis b) Introgatif c) Menyimak penyelidikan d) Menyimak kreatif e) Menyimak konsentratif f) Menyimak selektif E. Faktor yang Memengaruhi Menyimak Menurut tiga pakar (Hunt; 1981 : 19-20), (Webb, 1975: 137-9), (logan, 1972: 49-50), faktor-faktor pemengaruh menyimak dapat disimpulkan menjadi delapan. Yaitu : 1. Faktor Fisik Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar, dalam keadaan yang serupa itu, dia mungkin saja terganggu serta dibingungkan oleh upaya yang dilakukannya untuk mendengar, atau dia mungkin kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Kondisi fisik yang menentukan dalam menyimak, yaitu : a. Kondisi fisiknya jauh di bawah gizi normal b. Sangat lelah c. Mengidap suatu penyakit fisik sehingga perhatiannya dangkal Lingkungan fisik yang juga menentukan dalam menyimak, yaitu : a. Ruangan yang terlalu panas, lembab ataupun terlalu dingin b. Suara atau bunyi bising yang menganggu dari jalan dan ruangan sebelah c. Para hadirin yang bergerak atau berjalan kian kemari seenaknya sehingga mengganggu orang yang sedang menyimak. d. Siswa yang membawa atau memegang benda yang berisik dan mengganggu, seperti kelereng di dalam saku, handphone yang berbunyi, dan lain-lain. Faktor fisik pembicara : a. Pembicara membuat gerak-gerik yang canggung di ruangan. b. Suara pembicara yang membisankan atau intonasi yang mendatar apalagi melengking. c. Pengajian pembicara yang tidak menarik. Walau nampaknya faktor-faktor fisik tersebut bersifat sepele namun pembicara atau pengajar haruslah bijaksana dan banyak pengalaman agar selalu memperhatikan hal-hal tersebut agar proses kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan yang telah ditentukan, karena faktor fisik yang prima merupakan modal utama bagi penyimak. 2. Faktor Psikologis Selain faktor fisik, faktor yang melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi atau faktor psikologis juga mempengaruhi dalam kegiatan menyimak, yaitu sebagai berikut : a. Prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alas an b. Keegosentrisan (mementingkan diri sendiri), yaitu sikap penyimak yang hanya mementingkan diri sendiri sehingga pembicara dan apa yang disampaika oleh pembicara tidak di tanggapi dengan serius. c. Kepicikan atau pandangan tidak luas. Yaitu keterbatasan pandangan atau wawasan penyimak terhadap bahan simakan yang menimbulkan salah makna atau salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara. d. Bosan dan jenuh, yaitu kondisi penyimak yang sudah bosan atau jenuh terhadap bahan simakan yang mungkin terlalu panjang atau terlalu monoton sehingga penyimak menjadi bosan, kemudian enggan untuk melanjutkan simakan. e. Sikap tidak sopan, yaitu sikap dan kesopanan sangat mempengaruhi proses menyimak , jika kita menyimak dengan sikap yang sopan maka kita akan nyaman dalam menyimak, begitu pula jika pembicara menyampaikan pembicaraan dengan sikap yang sopan kita akan menganggap baik kepada pembicara dan kita akan lebih mudah melakukan simakan. Dari faktor psikologis di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada dua faktor psikologis yang mempengaruhi menyimak, yaitu : 1) Psikologis positif, maksudnya latar belakang hidup yang menyenangkan, yaitu proses menyimak akan berjalan dengan baik jika suasana hati dan pikiran penyimak dalam keadaan tenang dan menyenangkan. Juga Penentuan minat dan pilihan. Yaitu proses menyimak akan berjalan dengan baik jika bahan yang akan disimak oleh penyimak sesuai dengan minat dan pilihannya, jika bahan yang disimak sesuai dengan pilihan maka penyimak akan dengan penuh kesungguhan dalam menyimak, namun sebaliknya jika bahan simakan tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan minat dan pilihan penyimak maka penyimak akan setengah-setengah dan tidak serius dalam menyimak. Kecerdasan emosional, yaitu kemampuan yang baik pada penyimak untuk cepat dalam menanggapi, memahami, dan merespon simakan. Faktor ini akan mempengaruhi apakah penyimak tangkas atau tidaknya dalam menyimak. 2) Psikologis negatif, maksudnya memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak seperti yang telah dijelaskan di atas. 3. Faktor Pengalaman Sikap-sikap kita merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan serta pengalaman kita sendiri, maka dari itu pengalaman dari seorang pendidik sangat menentukan dalam menyimak, seperti : a. Pertumbuhan dan perkembangan sikap mempengaruhi minat menyimak, yaitu jika kita mempunyai minat terhadap sesuatu dan saat menyimak membahas tentang minat yang kita gemari maka kita akan merasa senang untuk menyimaknya, misal hobby atau minat terhadap sesuatu. b. Sikap-sikap yang antagonistik, sikap-sikap yang menentang, serta bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan. c. Kosa kata simak juga turut mempengaruhi kualitas menyimak. d. Makna yang dipancarkan oleh kata-kata asing cenderung untuk mengurangi serta menyingkirkan perhatian para siswa, karena ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman mereka. 4. Faktor Sikap Banyak faktor sikap yang mempengaruhi kegiatan menyimak yaitu sebagai berikut : a. Pokok-pokok pembicaraan yang kita setujui cenderung akan kita simak secara seksama dan penuh perhatian. b. Pembicara harus memilih topik yang disenangi oleh para penyimak. c. Pembicara harus memahami sikap penyimak karena merupakan modal penting bagi pembicara untuk menarik minat atau perhatian menyimak. d. Penampilan pembicara yang mengasyikkan dan mengagumkan, sehingga membentuk sikap positif para siswa. 5. Faktor Motivasi Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam kegiatan menyimak, berikut faktor motivasi yang menentukan tersebut ; a. Memiliki motivasi yang kuat dalam mengerjakan sesuatu terutama menyimak b. Melibatkan system penilaian kita sendiri sehingga kita dapat memperoleh sesuatu yang berharga dari isi pembicaraan itu dengan sendirinya kita akan bersemangat untuk menyimaknya. c. Penyimak mengajukan pertanyaan “Apa dan apalagi yang dapat saya petik dari ceramah sang pakar ini?” karena pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang tepat dan sahih. d. Penyimak tidak yakin akan memperoleh sesuatu yang berharga dan berguna dari pembicaraan. e. Penyimak harus percaya bahwa penyimak mempunyai sifat kooperatif tenggang hati, dan analitis sehingga kita menjadi penyimak yang baik dan unggul. 6. Faktor Jenis Kelamin Perbedaan Gaya Menyimak Pria Wanita Objektif Subjektif Aktif Pasif Keras hati Simpatik Analisis Difusif Rasional Sensitif Tidak mau mundur Mudah terpengaruh Netral Cenderung memihak Intrusif Mudah mengalah Berdikari Reseptif Swasembada Bergantung Menguasai emosi Emosional Gambar : Perbedaan gaya menyimak berdasarkan perbedaan jenis kelamin (Silverman, 1970; Webb, 1975: 139). 7. Faktor Lingkungan a. Lingkungan Fisik 1) Di dalam ruangan guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menyimak dan disimak. 2) Sarana kerja harus ditempatkan berdekatan satu dan lainnya sehingga para siswa dapat berkomunikasi dengan baik bahkan harus dapat meningkatkan penyimakan yang baik. 3) Guru harus berbicara dengan suara yang menyenangkan, memberikan pengarahan yang jelas dan tepat lagi tegas. 4) Guru harus menampilkan kegiatan yang dapat memotivasi atau mendorong anak didik untuk dapat dengan mudah mengganti peranan mereka sebagai penyimak dan pembicara. Seperti, ikut dalam diskusi panel, symposium, dan seminar. b. Lingkungan Sosial Guru menciptakan suasana yang mendorong anak-anak untuk mengalami, mengekspresikan, serta mengevaluasi ide-ide memang penting sekali diterapkan kalau keterampilan berkomunikasi dan seni berbahasa dikembangkan dan berkembang, jadi nyatalah suasana saat guru merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka memang sesuai dan sejalan dalam perencanaan kurikulum secara keseluruhan. 8. Peranan dalam Masyarakat Contoh faktor peranan dalam menyimak : a. Peranan sebagai guru dan pendidik Ingin sekali menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televise yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran baik di tanah air maupun luar negeri. b. Sebagai seorang berpendidikan (mahasiswa) Mahasiswa harus dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian dibandingkan dengan karyawan harian sebuah perusahaan. c. Sebagai spesialis dan pakar dari berbagai profesi seperti hakim, psikolog, antropolog, sosiolog, apoteker dan lainnya. Pasti akan haus menyimak hal-hal yang ada kaitannya dengan mereka dengan profesi dan keahlian mereka, yang dapat memperluas cakrawala pengetahuan mereka. F. Kebiasaan Jelek dalam Menyimak 1. Menyimak Lompat Tiga Orang berbicara mempergunakan kata-kata dengan kecepatan kira-kira 125 buah kata per menit dan kebanyakan orang dapat berpikir dengan mudah dengan kecepatan empat kali dari kecepatan berbicara tadi, dan ternyata hal ini amat susah sekali karena akan memeperlambat kecepatan berpikir kita, sebab kita mempunyai kira-kira 400 kata per menit untuk berpikir untuk menghadapi orang yang berbicara kepada kita. Berikut ini adalah hal-hal yang membantu penyimak agar dapat menghindari petualangan mental berpikir, seperti pikiran kita di tempat lain atau tentang hal lain : a. Mengetahui terlebih dahulu apa yang harus dikatakan oleh pembicara, Tanya pada diri kita sendiri “Apa yang hendak ditemukan oleh pembicara? Maksud apa yang hendak dicapainya?”. b. Merangkum secara mental apa yang dikatakan dan tujuan yang telah dicapai oleh pembicara. c. Mempertimbangkan keterangan pembicara dengan jalan menanyakan secara mental, seperti fakta-fakta yang dikemukakan. d. Mendengarkan, menyimak yang “tersirat”, seperti perubahan nada suara, gerak-gerik tangan dan mimik mengandung makna tertentu. 2. Menyimak “Saya dapat Fakta) Ketika menjadi penyimak yang baik, tentu kita akan menyimak ide-ide utama gagasan-gagasan penting, fakta-fakta yang disodorkan, kemudian pertimbangkanlah satu terhadap lainnya dan menyusun hubungannya satu sama lain, garaplah ide-ide bukan hanya terbatas pada serangkaian fakta yang kebetulan dapat diingat saja. 3. Noda Ketulisan Emosional Demi kegiatan menyimak yang lebih baik dan tepat guna perhatikanlah reaksi kita terhadap kata-kata yang menimbulkan noda ketulisan emosional seperti seks, pelacur, komunis, koruptor, tukang kredit, panti pijat, tuan tanah dan pembunuhan, dan lain-lain, kata-kata seperti itu sebaiknya ditandai dan analisislah baik-baik untuk lebih mendalam mengapa kata-kata tersebut mengganggu, penilaian dan telaah yang seksama biasanya akan mencerminkan bahwa sebenarnya kata-kata tersebut tidak akan mengganggu sama sekali. 4. Menyimak Supersensitif Ketika kita telah mengembangkan pendapat atau prasangka yang mendalam, seorang yang berbicara kepada kita mungkin tanpa disadari secara lisan akan menghina kita dengan kata-kata yang menusuk hati, dan secara spontan kita akan menghentikan simakan kita terhadapnya, kita mencoba menginterupsinya, merencanakan suatu pertanyaan pelik yang memalukannya ataupun bantahan yang benar-benar menusuk hatinya, oleh karena itu sebelum hal itu terjadi awasilah diri kita sendiri dan selalulah simak baik-baik ujaran, cermah, kuliah, dan pidato orang tersebut, setelah dia selesai berbicara barulah rencanakan pertanyaan-pertanyaan serta bantahan yang akan dilontarkan kepadanya. 5. Menghindari Penjelasan yang Sulit Biasanya kita menghindari penjelasan yang sulit dari suatu pembicaraan sehingga kegiatan menyimak menjadi tidak efektif, oleh karena itu simaklah baik-baik diskusi mengenai subjek yang menuntut upaya untuk memahami dan mengerti makna seperti komentar-komentar di suatu diskusi panel, karena masalah bukan untuk dihindari tapi untuk dipecahkan atau diselesaikan. 6. Menolak secara Gegabah suatu Subjek sebagai Sesuatu yang Tidak Menarik Adakalanya ketika pembicara membicarakan hal atau sesuatu yang tidak menarik, kita pasti akan menutup diri, menjauhkan perhatian dari ujarannya, dan membiarkan pikiran kita berkelana ke topik-topik yang lebih menyenangkan. berikut adalah cara untuk memperbaiki kebiasaan jelek dalam menyimak tersebut : a. Mengadakan suatu rancangan atau pendekatan egois, mengingat kepentingan sendiri. b. Walaupun subjek tidak menarik perhatian namun jangan dilupakan bahwa subjek tersebut memiliki ide baik yang hendak disajikannya. c. Hargailah dan manfaatkanlah ide-ide apa saja yang disumbangkan pembicara. 7. Mengkritik Gaya dan Gaya Fisik Pembicara Terkadang kita terlalu sibuk mengkritik gaya dan fisik si pembicara sehingga kita lupa untuk menyimak pembicaraannya, jika kita termasuk dalam orang atau tipe yang suka mengkritik secara mental pakaian orang ataupun nada suaranya, sebaiknya tunggu sampai orang tersebut selesai berbicara agar kita dapat memahami isi keseluruhan ujarannya itu. 8. Memberi Perhatian Semu “Kalau saja saya terlihat menyimak, segala sesuatu beres!”, terkadang ada pribadi yang seperti itu, berpura-pura menyimak tetapi sebenarnya pikirannya tidak berada di situ, mengarahkan kedua matanya dengan tatapan tanpa kedipan ke arah pembicara padahal ia sama sekali tidak memperhatikan atau tidak menyimak isi pembicaraan, oleh karena itu perlu kesadaran dari diri sendiri berhenti untuk berpura-pura menyimak dan mulai mengarahkan perhatian ke arah pembicara. 9. Menyerah pada Gangguan Banyak gangguan yang datang baik dari sesuatu yang kita dengar maupun sesuatu yang kita lihat, oleh karena itu dibutuhkan konsentrasi, pemusatan pikiran dan usahakan agar perhatian kita tetap pada hal-hal, ide-ide, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pembicara. 10. Menyimak dengan Kertas dan Pensil di Tangan Terkadang kita mencoba membuat kerangka yang telah diutarakan oleh pembicara, dan menjadi rangkuman yang berupa tanda-tanda, symbol-simbol dan angka-angka sehingga kita lupa bahwa dengan begitu sebenarnya kita hanya “setengah menyimak”, tentu saja tidak akan memberi hasil yang memuaskan. Oleh karena itu sebaiknya letakkan pensil, pusatkan daya dan pikiran pada kegiatan menyimaksecara serius, atau simaklah terlebih dahulu dengan baik sesudah itu ditulis atau dicatat dalam beberapa kata saja, pergunakanlah kata kunci dalam catatan, karena panjang catatan tidak menjamin mutu catatan. Mencatat harus dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman sedangkan merekam dapat dilakukan tanpa pengertian dan pemahaman. Mencatat bersifat selektif dan kritis, merekam bersifat mekanis dan reseptif penuh. G. Mengapa Orang Tidak Menyimak ? Ada berapa sebab membuat orang tidak menyimak, antara lain: 1. Orang berada dalam keadaan capek. 2. Orang berada dalam keadaan tergesa-gesa 3. Orang berada dalam kebingungan 4. Orang yang dapat dibingungkan oleh faktor-faktor lain : a. Ucapan-ucapan yang munafik b. Penyimak dijejali dengan pesan bernada memerintah ataupun berbau slogan politik c. Banyak perintah birokratis d. Cenderung menjauhkan diri dari prasangka-prasangka Golongan orang yang banyak menyimak pada diri sendiri sehingga tidak memiliki waktu mendengarkan atau menyimak orang lain: 1. Tipe bunga karang (tipe penyerap) 2. Tipe orang berdikari (menolak untuk menyimak) 3. Tipe seniman ingatan (menolak untuk menyimak secara sadar) 4. Tipe orang yang tergoda bukan oleh pribadi tertentu (mendapat informasi dari media) 5. Tipe orang yang menyukai bunyi alamiah (kicau burung serta keriuhan kota merupakan musik bagi perangkat penerima sensitifnya tidak mau mendnegar ocehan pembicara) 6. Estetikus luar biasa (mendengar atau menyimak musik bukan untuk kesenangan atau kenikmatan) 7. Tipe siap tenpur (sibuk dengan memikirkan jawaban-jawaban yang akan diajukan, sehingga tidak ada waktu untuk menyimak) H. Perilaku Jelek Dalam Menyimak Secara garis besar, perilaku-perilaku yang termasuk jelek atau tidak baik dalam praktik menyimak, sebagai berikut : 1. Tidak mau menerima keanehan pembicara Pembicara mempunyai cara dan gaya pribadi dalam penampilannya, akibatnya penyimak merasa jengkel dan tidak mau menerima keanehan pembicara sehingga tidak memiliki minat dan perhatian untuk menyimak. 2. Tidak mau memperbaiki sikap Tubuh penyimak ada di ruang yang sama dengan pembicara namun pikiran dan angannya terbang mengembara ke tempat lain, akibatnya ia tidak memiliki minta untuk menyimak ujaran pembicara. 3. Tidak mau memperbaiki lingkungan Tidak adanya upaya penyimak untuk pindah duduk ketika dirinya merasa terganggu duduk di tempat duduknya sekarang yang bising atau tempat orang keluar masuk. 4. Tidak dapat menahan diri Berusaha mengajukan pertanyaan dan tanggapan sebelum pembicaraan belum selesai dan belum diketahui ujung pangkalnya. 5. Tidak mau meningkatkan pembuatan catatan Mencatat semua ucapan pembicara sebanyak mungkin tanpa menghiraukan ide, gagasan yang perlu dicatat. 6. Tidak tahu dan tidak mau menyaring tujuan khusus Tidak adanya ketekunan dan tidak adanya perhatian yang terarah, sehingga tujuan menyimak menjadi tidak tentu arah, duduk menjadi tidak tenang, gelisah dan pembicara tidak disimak lagi. 7. Tidak memanfaatkan waktu secara tepat guna Ketika menyimak ada yang tertidur dan mengantuk padahal menyimak menuntut kesiapsiagaan mementik butir-butir penting, ide-ide berharga dari seorang pembicara. 8. Tidak dapat menyimak secara rasional Menyimak dengan emosional tanpa melibatkan akal dan pikirannya dalam menerima simakan dari ujaran pembicara. 9. Tidak mau berlatih menyimak hal-hal yang rumit Tidak mau menyimak hal-hal yang rumit sehingga tidak memahami keseluruhan isi pembicaraan yang dikemukakan oleh pembicara. I. Kesalah pahaman dalam Menyimak Berikut kesalahpahaman yang berkaitan dengan perilaku menyimak : 1. Anggapan bahwa semua perilaku menyimak itu sama saja Jika kita memeriksa perilaku sendiri dalam satu hari saja, kita akan melihat dengan jelas bahwa perilaku menyimak berubah-ubah secara dramatis dari satu situasi ke situasi lainnya, dari satu pribadi ke pribadi lainnya, karena situasi dan kondisi mengatur perubahan perilaku menyimak seseorang. 2. Anggapan bahwa mendnegar dan menyimak sama saja Mendengar dan menyimak mempunyai makna yang berbeda, mendengar yaitu suatu proses psikologis ketika gelombang-gelombang bunyi ditransformasikan menjadi impuls-impuls atau gerak hati saraf pendengaran, yang pada gilirannya akan berjalan melalui system saraf balik di dalam pengawasan kemauan maupun luar pengawasan kemauan, sedangkan menyimak adalah suatu operasi psikologis yang rumit yang merupakan sarana untuk merasakan butir-butir atau bagian-bagian lambang dan tanda yang telah disandikan oleh system saraf pusat dan system saraf otomatis yang diubah menjadi pesan-pesan yang dapat dipahami. 3. Anggapan bahwa menyimak tidak dapat dikembangkan atau ditingkatkan 4. Anggapan bahwa hanya sedikit waktu yang diperlukan buat menyimak Hampir setengah waktu berkomunikasi diperuntukkan untuk menyimak, jadi tidak benar bahwa untuk kegiatan menyimak hanya diperlukan waktu sedikit saja (Mc Cabe & Bender, 1981: 91) J. Aneka Permasalahan Menyimak 1. Memprasangkai Pembicara Lebih memusatkan perhatian pada gaya dan cara penampilan pembicara ketimbang pesan yang hendak disampaikannya. 2. Berpura-pura Menaruh Perhatian Terkadang orang berpura-pura menyimak dengan serius dengan menatap pembicara dengan kedua matanya tetapi sebenarnya perhatiannya bukan tertuju kepada pembicara, pikirannya terbang melayang mengembara ke tempat lain. 3. Kebingungan Gangguan bisa datang dari suara luar dan di dalam ruangan dapat mengganggu konsentrasi kita, semua itu dapat membuat kita bingung, sehingga dapat menjauhkan kita dari ide-ide pembicara. 4. Pertimbangan yang Prematur Ketika pembicara belum selesai berbicara, terkadang kita sudah mengambil pertimbangan. 5. Salah Membuat Catatan Mencoba menulis terlalu banyak ataupun mencoba menyelesaikan ide-ide pembicara dengan suatu pola yang telah dirancang sebelumnya dapat mengurangi keefisienan menyimak. 6. Hanya Menyimak Fakta-fakta Berbagai telaah menunjukkan bahwa menyimak demi fakta, bukan demi ide atau gagasan, pasti mengurangi ketepatgunaan atau keefisienan kegiatan menyimak. 7. Melamun Karena otak manusia sanggup memproses informasi lebih cepat daripada kecepatan berbicara yang dilakukan oleh banyak pembicara, sehingga masih banyak waktu untuk memikirkan hal-hal lain di luar topik yang disajikan oleh pembicara atau penceramah, penyimak pun menjadi melamun, sehingga mengakibatkan penyimak kehilangan kontuinitas ide-ide pembicara. 8. Bereaksi Secara Emosional Kata-kata, gaya, cara penampilan pembicara dapat saja mengundang emosi, sehingga kita tidak menyimak lagi secara rasional, kegagalan menguasai emosi akan mengurangi mutu penyimakan. K. Kendala Yang Menghambat Proses Menyimak Efektif Hambatan dan kendala dalam menyimak banyak dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasan jelek. Seperti a. Menyimak lompat tiga, maksudnya perhatian penyimak melompat-lompat karena kecepatan berpikir menyimak kurang lebih 400 kata per menit sedangkan kecepatan berbicara hanya kurang lebih 200 kata per menit. Selain itu, menyimak daku dapat fakta, maksudnya penyimak berusaha menangkap satu dua fakta dan kehilangan fakta lainnya, sehingga penyimak tidak dapat bernalar dengan baik. b. Hambatan juga terjadi karena sering mengungkapkan penolakan secara gegabah terhadap sesuatu objek sebagian tidak menarik perhatian, c. Menyimak dengan pensil dan kertas di tangan, menyimak penjelasan-penjelasan yang sulit dicerna, melakukan kegiatan perhatian dengan berpura-pura. d. Kendala lain adalah faktor psikologi, selalu berprasangka dan kurang simpati terhadap pembicara, kegosentrian serta masalah-masalah pribadi, kurang luasd pandangan. e. Faktor motivasi Ini berkaitan dengan pribadi seseorang, atau kesadaran diri. f. Keegosentrisan Sifat mementingkan diri sendiri (egois) mungkin saja merupakan cara hidup bagi sebagian orang. Orang yang egois tidak akan bergaul dalam masyarakat dengan baik. Dia lebih senang didengar oleh orang daripada mendengarkan pendapat orang lain. Sifat seperti ini merupakan kendala dalam menyimak. g. Keengganan ikut terlibat Keengganan menanggung resiko, jelas menghalangi kegiatan menyimak karena menyimak adalah salah satu kegiatan yang mau tidak mau harus melibatkan diri dengan sang pembicara. Bagaimana seseorang dapat menjadi penyimak yang baik kalau dia enggan atau tidak mau melibatkan dirinya dengan pembicara dan para penyimak lainnya. Keengganan ikut terlibat dengan orang lain memang merupakan suatu kendala dalam kegiatan menyimak yang efektif. h. Ketakutan akan perubahan Perubahan dapat saja terjadi, tetapi perubahan yang kita harapkan adalah perubahan yang membawa keinginan. Orang yang takut akan perubahan, takkan bisa menjadi penyimak yang efektif. Apabila ingin menjadi seorang penyimak yang baik, jangan takut dan harus rela mengubah pendapat, bila perlu harus berani mengubah dan menukar pendapat sendiri kalau memang ada pendapat atau gagasan partisipan lainnya yang lebih unggul dan lebih dapat diandalkan. Orang yang takut akan perubahan tidak akan dapat mengalami kemajuan, karena dia sendiri hidup dalam suasana yang selalu berubah. i. Keinginan menghindari pertanyaan Malu bertanya, sesat di jalan. Jika isi peribahasa ini kita pahami benar-benar, maka tidak akan ada alas an bagi kita untuk menghindari atau tidak mau menjawab pertanyaan orang lain. Dapat memberikan jawaban dan penjelasan atas pertanyaan orang lain, berarti kita telah membantu dia. Keinginan menghindari pertanyaan, dengan alas an takut nanti jawaban yang diberikan akan memalukan, jelas merupakan kendala dalam kegiatan diskusi, kegiatan berbicara, dan kegiatan menyimak. Kondisi internal ini harus diperbaiki kalau memang kita ingi menjadi penyimak yang efektif. j. Puas terhadap penampilan eksternal Pada saat kita mengemukakan suatu pendapat, kita melihat partisipan mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum. Kalau kita terus merasa puas dengan tanda simpatik dan pengertian seperti itu, maka kita akan gagal menyimak lebih intensif lagi untuk kalau pengertian itu memang benar-benar wajar. Orang yang cepat merasa puas telah mengetahui maksud sang pembicara berarti tergolong penyimak yang tidak baik. Sifat lekas merasa puas terhadap penampilan eksternal, jelas merupakan suatu kendala atau rintangan dalam kegiatan menyimak efektif. k. Pertimbangan yang premature Kalau ada sesuatau yang prematur, maka itu merupakan sesuatu yang tidak wajar. Segala sesuatu yang akan diutarakan para pembicara telah diketahui oleh penyimak yang mempunyai pertimbangan dan keputusan yang prematur. Ini adalah contoh penyimak yang jelek, dan sifat seperti ini justru menghalanginya untuk menjadi seorang penyimak yang afektif. l. Kebingungan semantic Makna suatu kata tergantung kepada individu yang memakainya dalam situasi tertentu dan waktu yang tertentu juga. Kalau seorang penyimak yang tidak memahami hal ini, maka dia akan kebingungan dalam mengartikan kata-kata yang dipakai oleh sang pembicara. Kebingungan semantik ini jelas merupakan kendala serius bagi seorang penyimak. Bagaimana mungkin seseorang menyimak dengan baik, dapat menangkap, menyerap, memahami, apalagi menguasai isi ujaran, kalau dia tidak memahami makna kata-kata atau wacana yang dipergunakan oleh sang pembicara. Seseorang yang ingin menjadi penyimak yang efektif harus mempunyai kosa kata yang memadai. L. Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak Efektif Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan menyimak efektif seperti berikut ini: (1) bersikaplah secara positif; (2) bertindak responsif; (3) cegahlah gangguan-gangguan; (4) simaklah dan ungkaplah maksud pembicara; (5) carilah tanda-tanda yang akan datang; (6) carilah rangkuman pembicaraan terlebih dahulu; (7) nilailah bahan-bahan penunjang; dan (8) carilah petunjuk-petunjuk nonverbal. M. Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak Ada perbedaan dalam gaya belajar dari setiap jenis pembelajar. Semua gaya belajar memuat strategi-strategi belajar dan menggambarkan prinsip-prinsip belajar. Dari gambaran ini dan berdasarkan pengembangan keterampilan berbahasa, dapat ditarik beberapa garis panduan umum: b. Kemampuan menyimak meningkat melalui interaksi tatap muka. Melalui interaksi dalam bahasa Indonesia, pembelajar memiliki kesempatan untuk mendapatkan masukan bahasa yang baru dan kesempatan untuk mengecek kemampuan menyimaknya sendiri. Interaksi tatap muka menyediakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan memaknai bahan simakan. c. Kemampuan menyimak meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan upaya mempelajari bahan yang penting dan baru dalam bahasa sasaran. d. Kemampuan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi apa yang telah mereka capai. e. Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan analisis bentuk. Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat pada saat melakukan aktivitas yang berorientasi pada makna, para pembelajar dapat memperoleh kemajuan. Dengan belajar mendengarkan bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam memahami bahan simakan (Rost, 1991: 7). N. Ciri-Ciri Penyimak Efektif yang Ideal Menurut Djago Tarigan (1983:4-13) mengatakan bahwa penyimak yang baik itu ada 14 jenis, sebagai berikut : 8. Berkonsentrasi Yaitu dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap apa yang disimak. Hal ini dapat membantu untuk menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang diketahuinya. 2. Penyimak harus bermotivasi Yaitu memiliki tujuan tertentu, misalnya ingin menambah ilmu pengetahuan, ingin mempelajari sesuatu, dan sebagainya. Hal ini dapat membuat penyimak menjadi bersungguh-sungguh dalam menyimak. 3. Penyimak harus menyimak secara menyeluruh. Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu 4. Penyimak harus menghargai pembicara Yaitu tidak boleh menganggap remeh orang lain, dalam hal ini adalah pembicara. 5. Penyimak yang baik harus selektif, Yaitu memilih bagian yang penting dari bahan simakan. Tidak semua bahan simakan diterimanya brgitu saja, tetapi ia dapat menentukan bagian mana saja yang dianggap penting. 6. Penyimak harus sungguh-sungguh / Tidak emosi Yaitu penyimak harus dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela pembicara. 7. Penyimak tidak mudah terganggu Yaitu penyimak harus focus terhadap bahan simakan dan tidak mudah terpengaruh oleh gangguan-gangguan dari luar seperti suara-suara dan sebagainya. 8. Penyimak harus cepat menyesuaikan diri Yaitu dengan cepat dapat menebak kemana arah pembicaraan akan berlangsung dan menduga garis besar isi penbicaraan. 9. Objektif. Yaitu selalu tahu apa yang sedang dibicarakan dan sebaiknya selalu menghargai pembicara walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal oleh penyimak. 10. Siap fisik dan mental. Yaitu penyimak benar-benar menyiapkan diri untuk menyimak, misalnya menjaga kondisi badan yang sehat, tidak lelah, mental stabil, dan pikiran jernih. 11. Kontak dengan pembicara Yaitu memperhatikan pembicara, memberikan dukungan kepada pembicara melalui mimik, gerak, atau ucapan tertentu. 12. Merangkum Yaitu dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan simakan dengan membuat rangkuman dan menyjikan atau menyampaikannya setelah selesai menyimak. 13. Menilai Yaitu proses penilaian terhadap materi yang disampaikan. Mengadakan tanggapan. 14. Merespon Yaitu mengadakan tanggapan atau reaksi misalnya dengan memberikan applaus maupun memberikan komentar. Menurut Kamidjan dan Suyono (dalam Depdiknas 2002:17) menyatakan bahwa penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki tiga sikap berikut ini. a. Sikap objektif. Sikap yang objektif adalah pandangan penyimak terhadap bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana. b. Sikap kooperatif. Sikap kooperatif adalah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu terjadi, maka penyimak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik adalah sikap berkooperatif dengan pembicara. c. Bahan simakan. Bahan simakan merupakan unsure terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksud bahan simakan adalah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, dan informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan informasi dengan baik, maka pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak. Jika hal itu terjadi, berakibat terjadinya kegagalan dalam komunikasi lisan tersebut. Siap fisik dan mental. Yaitu penyimak benar-benar menyiapkan diri untuk menyimak, misalnya menjaga kondisi badan yang sehat, tidak lelah, mental stabil, dan pikiran jernih. Menurut budiman, (2008:2) Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan fikiran pada saat menyimak. Ketika seseorang menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, O. Kegiatan Menyimak 1. Proses menyimak komprehensif Adapun komponen yang termasuk dalam proses menyimak: a. Rangsang bunyi Weafer 91972) memasukan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya sebagai tipe-tipe simbol bunyi yang dapat diterima dan dapat dimaknai oleh penyimak. b. Penerimaan alat peraga c. Perhatian dan penyelesaian d. Pemberian makna. 2. Fungsi comprehensive listening Fungsinya berkonsentrasi pada pesan-pesan yang disampaikan selanjutnya kaitan antara satu pesan dengan lainnya agar sampai pemahaman yang dikehendaki. 3. Faktor-faktor yang berkaitan dengan menyimak konprehensif a. Memori Adapun memori dalam diri kita memiliki tiga fungsi penting  Menyusun arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas  Memberikan struktur baku terhadap pemahaman kita kepada suatu aktivitas apabila konsep-konsep kita tersebut dikemukakan oleh orang lain  Memberikan arah/pedoman untuk mengingat pengalaman/ pengetahuan dan informasi-informasi yang telah diketahui sebelumnya. • Beberapa teori yang memberikan penjelasan tentang penyebab mengapa informasi yang disimpan dalam memori hilang (lupa) • Fuding teori (teori pemudaran): maksudnya informasi yang tidak sering digunakan akan memudar / perlahan-lahan hilang • Distortion theory: informasi yang mirip dengan informasi yang lainnya tidak dapat dibedakan, yang telah disimpan di ingatan • Superssion Theory: teori ini menyatakan pesan akan hilang akibat hambatan multivasional (melukai) • Interference Theory: teori ini menyatakan informasi yang telah di dapat sebelumnya akan bercampur dengan informasi yang baru didapat • Processing Break down theory: teori ini berpendapat bahwa tak satupun dari bagian-bagian informasi dapat diingat tanpa menggunakan sistem pengkodean makna ganda (sistem coding ambigu) D. Menurut penelitian manusia akan lebih mengingat apabila informasi itu: 1) Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupan 2) Dianggap lain dari pada informasi yang lain atau dianggap unik (tidak wajar) 3) Terorganisir dan 4) Berupa informasi visual Menurut Montgo Mery ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat meningkatkan daya mengingat kita. Kita harus memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan daya ingatan, meningkatkan konsentrasi terhadap suatu pesan, dan peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitar kita. b. Konsentrasi Salah satu alasan mengapa pendengar tak dapat berkonsentrasi pada sumber pembicaraan (penuturan) adalah kemungkinan karena sering berkomunikasi dalam rentang yang terlalu lama, sehingga keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi. Untuk memperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada suatu rangsang saja. Alasan yang kedua adalah karena pendengar salah mengarahkan energi untuk memperhatikan (attention energy). Menurut Erving Goffman, bentuk standar dan kesalahan penafsiran meliputi hal-hal berikut: 1. Pencakupan / pemenuhan eksternal, dibandingkan dengan berkonsentrasi pada pesan penutur, pendengar cenderung akan mudah terkacaukan perhatiannya oleh stimulasi / rangsang dari luar 2. Kesadaran diri 3. Kesadaran berinteraksi 4. Kurangnya rasa ingin tahu terhadap apa yang sedang dibicarakan Ada tiga alasan lain yang menyadari alasan kurangnya konsentrasi di atas diantaranya; kurangnya motivasi diri dan kurangnya tanggung jawab c. Pembendaharaan kata Faktor yang mempengaruhi kemampuan komprehensif pendengar adalah ukuran kosa kata. Diasumsikan bahwa ukuran kosa kata merupakan variabel penting dalam pemahaman pendengar. Dalam peran kita sebagai komunikator, kita memiliki empat jenis kosa kata fungsional yang sangat bervariasi ukurannya, jenis kosa kata itu dibedakan berdasarkan usia, saat seseorang melakukan komunikasi. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut: 1. Sampai kira-kira seseorang mencapai usia sebelas tahun kosa kata fungsional terbesar yang dimiliki adalah kosa kata simakan mendengar (listening vocabulary) artinya pengayaan kosa katanya pada fase ini dapat dan hasil simakan dari kehidupan sehari-hari 2. Setelah lewat usia dua belas, kosa kata simakan yang seseorang miliki, umumnya dipengaruhi oleh kosa kata atau hasil membaca (reading vocabulary). Orang dewasa dikatakan memiliki kosa kata minimum apabila ia hanya memilih rata-rata kosa kata sebesar 20.00 kata. Untuk meningkatkan kosa kata umum maupun kosa kata mendengar menurut langkah-langkah Pauk dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Langkah pertama adalah menumbuhkan minat kata-kata. Ada dua kemampuan dasar yang dapat membantu kita untuk mempelajari kata-kata baru berdasarkan maknanya adalah kemampuan menganalisa struktur dan kemampuan menganalisa konteks kata keterampilan pertama tadi yaitu analisis struktur. 2. Langkah yang kedua adalah mempelajari makna dari kata-kata yang tidak lazim dari konteks-konteksnya. Ada 2 jenis petunjuk kontekstual yang utama dan telah umum dikenal yakni petunjuk sematik (makna kata) dan sintaksis (struktur kalimat), yang termasuk ke dalam petunjuk sematik adalah petunjuk sinonim, penjelas, deskripsi, contoh, kesimpulan, penjelas pengalaman, situasi, Petunjuk kontekstual kedua adalah petunjuk sintaksis berupa pola-pola penyusun kalimat yang menjadi penyusun suatu kalimat. d. Faktor-faktor tambahan a. Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah b. Tak banyak mengenal paliditas dan realibitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian c. Karena sebagian besar peneliti belum terkoordinir dengan baik. Ada beberapa variabel yang mempengaruhi keefektifan menyimak konprehensif adalah usia, motivasi, intelgensia, tingkat pencapaian, kemampuan berbicara, pemahaman membaca, kemampuan belajar, kemampuan berbahasa dan cultural. III PENUTUP A. Kesimpulan Dari makalah ini dapat kita ambil kesimpulan yaitu: a. Antara mendengar, mendengarkan dan menyimak itu berbeda b. Menyimak merupakan tingkatan yang paling tinggi diantara kegiatan tersebut c. Menyimak merupakan keterampilan yang sangat di perlukan dalam semua kegiatan baik kegiatan akademik maupun kegiatan sehari-hari, terlebih dalam kegiatan pembelajaran bahasa. d. Setiap kegiatan menyimak mempunyai kegiatan yang berbeda-beda. Kegiatan menyimak tidak hanya perlu dipahami pengertiannya saja namun juga banyak faktor yang mendukung kegiatan menyimak menjadi efektif dan kritis yaitu salah satunya dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak yaitu, Kebiasaan Jelek Menyimak, Mengapa Orang Tidak Menyimak, Perilaku Penyimak yang Jelek, Kesalahpahaman dalam Menyimak dan Aneka Masalah dalam Menyimak, ketika kita sudah mengerti dan memahami faktor-faktor tersebut maka kita bisa menjadi penyimak yang kritis yang tidak hanya mendengarkan saja namun bisa meniru serta mempraktekkan materi/ bahan yang telah disimak. B. SARAN Dari makalah faktor-faktor menyimak di atas, penulis berharap : a. Mahasiswa bisa mengetahui berbagai faktor yang dapat memengaruhi kegiatan menyimak b. Mahasiswa bisa mengetahui kebiasaan jelek dalam menyimak c. Mahasiswa bisa mengetahui mengapa orang tidak menyimak d. Mahasiswa bisa mengetahui apa saja perilaku penyimak yang jelek e. Mahasiswa bisa mengetahui mengapa bisa terjadi salah paham dalam menyimak f. Mahasiswa bisa mengetahui aneka masalah dalam menyimak g. Mahasiswa untuk mempelajari menyimak lebih mendalam agar kegiatan menyimak yang dilakukan berkualitas lebuh baik sehingga efektif dan efisien DAFTAR PUSTAKA Tarigan, Henry G. 2008. Menyimak. Bandung: Angkasa http://anancasa.blogspot.com/2011/02/faktor-faktor-keberhasilan-menyimak.html remajasampit.blogspot.com/.../faktor-yang-mempengaruhi-menyimak.html Ahmad, Mukhsin. 1990. Strategi Belajar-Mengajar Ketrampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra.Malang: Y A 3 Henry Guntur. 1980.Menyimak sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com